Kamis, 06 Juli 2017

Belajar dari Arti Filosofi 3 Bahan Utama Dodol PICNIC



      Dodol PICNIC adalah salah satu camilan manis yang terbuat dari 3 bahan utama yaitu santan, gula pasir, dan tepung beras ketan. Tiga bahan utama tersebut memiliki segudang manfaat dan arti filosofi bagi kehidupan. Santan yang berasal dari kelapa, Tepung beras ketan yang berasal dari padi Ketan dan gula pasir yang berasal dari tebu. Bahan utama tersebut memiliki arti yang sangat berguna bagi kehidupan.


1.  Kelapa
Pohon kelapa merupakan salah satu pohon dengan sejuta manfaat. Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan manfaat bagi manusia mulai dari akar hingga daun dan buahnya. Akar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bird an zat pewarna. Batangnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku perabotan rumah tangga bahkan bangunan rumah. Air buah kelapa bisa dimakan langsung ataupun diolah menjadi berbagai macam produk minuman untuk menghilangkan rasa dahaga. Daging buahnya bisa diolah menjadi berbagai produk bahan makanan. Daun, pelepah, dan lidinya dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk kerajinan tangan. Keistimewaan yang dimiliki pohon kelapa yaitu mudah tumbuh dan bisa bertahan diberbagai kondisi tanah serta manfaat yang dimilikinya. Keistimewaan pohon kelapa tersebut menjadikan kelapa dipilih menjadi lambang gerakan pramuka.  Penggunaan tunas kelapa sebagai lambang pramuka merupakan wujud rasa hormat manusia terhadap pohon kelapa. Dengan berbagai keistimewaan yang dimiliki oleh pohon kelapa, layak untuk kita renungkan. Tidak ada salahnya kita belajar kehidupan dari pohon kelapa. Jadikanlah diri kita seperti pohon kelapa. Selain buahnya, semua bagian pohon kelapa mulai dari akar, batang, sampai daunnya bisa bermanfaat bagi siapa saja. Artinya, jadikanlah diri kita berguna bagi lingkungan di sekeliling kita. Bukankah kita juga sudah diingatkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah bermanfaat bagi orang lain. Bahkan, bukan hanya memberikan manfaat bagi manusia lainnya saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi lingkungan alam. 
2.  Tebu
Filosofi dari sebatang tebu adalah rendah hati. Rendah hati itu akan memancarkan bahasa kesederhanaan namun memiliki kekuatan dan kebesaran jiwa untuk selalu ridho pada setiap takdirNya. Sederhana dalam penampilan tidak berarti sederhana dalam berpikir. Semua pasti melalui proses panjang yang terencana dan tepat adanya. Disanalah sikap rendah hati itu terbahasakan, bahasa untuk mengenyahkan ego pribadi, bahasa untuk memberi solusi, bahasa untuk mau menerima pendapat orang lain, bahasa untuk memaklumi segala tindakan yang bertentangan dengan pemikiran kita, bahasa untuk mau memahami beragam bahasa-bahasa kehidupan yang belum terbahasakan namun satu yang patut dijadikan cermin bahwa rendah hati mampu menangkap warna-warni kehidupan ini dengan kelapangan. Filosofi dari sebatang tebu itu adalah kesederhanaan tetapi memiliki sesuatu yang bernilai untuk memberi manfaat. Dari pohon tebu manusia bisa belajar tentang kesederhanaan untuk terus berjuang gigih memberi manfaat. Bagaimana sebatang tebu yang tumbuh di atas tanah kering kerontang, lalu manusia bisa memerasnya. Seperti itulah seyogyanya manusia di balik segala kesederhanaan penampilan manusia selalu berusaha untuk memberi nilai manfaat. Nilai itulah yang mengantarnya pada hakikat kemuliaan budi pekerti. Seperti halnya tebu yang tumbuh di tanah kering kerontang atau tanah gembur, di lahan apapun tumbuhnya, setelah tanaman ini diperas lalu sepah dibuang. Tapi tebu tidak pernah memperdulikan ulah manusia yang memanfaatkannya lalu sepah dibuang, tebu terus saja berusaha memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya kepada manusia
3.  Padi
Padi di sawah yang mendekati masa panen akan terlihat merunduk (tidak tegak) karena beban bulir padi yang berisi. Dengan kata lain, padi yang semakin berisi akan semakin merunduk. Dalam pergaulan hidup, ketika seseorang kebetulan dianugerahi Allah kepandaian/ilmu yang mumpuni, kekayaaan, dan pangkat kedudukan, hendaklah meniru padi, yaitu bisa bersikap rendah hati. Rendah hati berarti bukan sombong dan pongah memamerkan kepandaian atau ilmunya sehingga terdapat kecenderungan bahwa ia adalah yang paling pandai. Orang yang demikian akan selalu meremehkan yang lain dan sulit menghargai orang lain karena ia selalu merasa paling unggul di dunia ini. Rendah hati di dalam filosofi Jawa adalah sikap andhap asor, yaitu sikap merendah tanpa menghilangkan wibawa. Ketika berilmu tinggi dan mumpuni hendaklah seseorang tidak sombong (kumalungkung) atau bahkan membodohi serta mencederai orang lain. Kekayaan hendaklah tidak menjadikan seseorang pelit dan serakah. Bila kita dianugerahkan derajat tinggi dengan menduduki suatu jabatan penting, hendaklah seseorang tidak menyalahgunakannya. Justru bersikaplah yang amanah dan kembalikanlah hak-hak serta manfaat dari perolehan kedudukan tersebut kepada kemashlahatan orang banyak. Menjadi pemimpin hendaklah tidak memiliki sifat murka, lupa daratan, dll. Bila ingin dihormati maka menghormatilah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

68 Tahun Dodol PICNIC tetap di hati Masyarakat

Inovasi, Kunci Pengembangan Usaha Nama besar tak kemudian membuat Dodol Picnic menerima istilah inovasi menjadi satu hal yang tab...